Pages

Ads 468x60px

Senin, 27 Oktober 2014

BIAS

Bias..


Kamu merindukannya??
Tidak !!
Aku menjawab mantap.

Kamu masih menginginkan berada dalam pelukannya??
Muak !!
Aku mengumpat.

Kamu membencinya??
Aku menggeleng sebagai isyarat.


Entah, rasa itu terlalu datar untuk aku jelaskan, terlalu pucat untuk aku terangkan warna yang ada didalamnya ...

Aku tak membencinya, tak merindukannya, tak ada lagi rasa apapun untuknya.

Bias ...
Begitulah aku menyebutnya, dia hanyalah sepercik bias yang pernah berwarna kemudian kini menjadi pudar.

Bias ...
Biar saja dia berlalu, biarkan saja dia menjauh, biarkan saja dia menghilang dalam ingatan bersama waktu.

Bias ...
Dia pernah menjadi yang paling berarti, dia pernah menjadi yang tersayang.

Bias ...
Dulu dia adalah hujan dalam kemarau dan gersang, tapi sekarang dia hanya percikan bias pada kaca jendela yang berembun kemudian menghilang tanpa bekas ketika hujan tak lagi turun.
....

Sengaja aku tak lagi menyebutkan namamu disini.
....

Sengaja aku tak lagi menyebut panggilan sayangku untukmu kini.
....

Sengaja aku tak lagi mencarimu dan meletakkaannya kembali.
....

Sengaja aku membiarkanmu pergi menjauh tanpa lagi mencegatmu seperti waktu lalu.

Biar saja luka itu terkubur tanpa harus aku pendam, biar saja sakit itu sembuh tanpa balutan yang aku sematkan, biar saja perih itu menghilang tanpa harus aku hapuskan.

Iya ...Biar semua berlalu apa adanya, biar aku lupa tentangmu dan luka itu dengan sendirinya, tanpa paksaan, tanpa kepalsuan dan tanpa kebohongan.

Karena nyatanya, aku tak lagi memikirkanmu meski secuil, meski hanya untuk menyebut namamu pun aku lupa kapan terakhir kali aku lakukan.
...

Meski dulu kamu pernah melukaiku, tapi aku tak pernah menyumpahimu.
...

Meski dulu kamu pernah mempermainkanku, tapi aku tak pernah menghempaskan sumpah serapah itu.

Bahagialah, dan jangan pernah mengusikku entah itu kini, esok ataupun nanti.

Kisahmu, dengan dia atau siapapun itu tak terlalu penting untuk aku nikmati.

Jangan lagi meremahkan jika aku terluka, jangan lagi menertawakan kelemahanku karena sempat mampu untuk kamu tipu !!!

Kemarin aku hanya lalai karena terlalu menomor satukan perasaan dan kehadiran diatas kesepian.

Tapi selebihnya, aku adalah pemenang.

Bukan karena mampu melepasmu, bukan karena aku yang paling ikhlas dikemudian, bukan karena aku tetap diam meski ditertawakan dengan berpasang-pasang tatapan, tapi karena aku beruntung tak mendapatkan seseorang yang pengecut dan egois sepertimu ...


Created By : Aksara Arya Purnama

0 komentar:

Posting Komentar