Pages

Ads 468x60px

Selasa, 24 Maret 2015

Ketika memutuskan berpisah, ini yang ku rasakan!!

“Bagaimana aku melewati hari-hari yang tak lagi sama?”
“Apakah aku masih bisa jatuh cinta pada orang baru?”
“Kalau sekarang aku belum punya siapa-siapa, apa nanti aku bisa menikah? Apa nanti aku bisa punya anak?”
 Ketika kandas, hubungan yang serius akan menyisakan luka. Bukan hanya cintamu yang harus berhenti, namun juga masa depan dan berbagai mimpi.
Hubungan yang dijalin pada usia yang tak lagi muda, sewajarnya, bukan lagi hubungan yang main-main. Kamu dan dia pasti sudah sempat berbicara soal pernikahan, impian masing-masing di masa depan, hingga rencana untuk saling mengenalkan keluarga. Sudah begitu banyak rencana yang kalian buat tentang masa depan dan kini semuanya tinggal angan.
Sementara kenangan itu menempel di sudut-sudut kota yang pernah kalian datangi bersama. Mau tidak mau, ada banyak hal yang mengingatkanmu tentang dia. Hampir tak ada tempat yang tak pernah kalian jelajahi berdua, dan entah ke mana lagi kamu harus bersembunyi dari bayang-bayang masa lalu bersamanya. Wajar jika kamu merasa jatuh sejatuh-jatuhnya, jauh lebih jatuh dibanding saat kamu dulu patah hati pertama kali waktu remaja
Belum lagi, orangtua menganggap kalian sudah cocok, dan teman mengatakan sedang menunggu undangan dari kalian.
Kamu selalu mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja. Seolah tak ada perasaan kecewa yang tersisa. Sebisa mungkin kamu mencoba tegar dan menghadapi hari selayaknya sebelumnya. Namun, ternyata tidak mudah. Batinmu kembali terkoyak ketika teman-temanmu menanyakan dia. Bahkan, keluargamu terus menerus bertanya kenapa dia tidak pernah ke rumah lagi.
Ketika kamu sudah bertekad untuk melupakannya, teman-temanmu justru mengatakan bahwa kamu dan dia sudah sangat cocok. Bukan hanya itu saja: mereka sudah tak sabar menunggu undangan dari kalian. Kamu hanya bisa menjawabnya dengan berusaha tersenyum tipis.
Walau tahu kamu harus tegar, kadang kamu tak bisa menahan kesedihan. Usia yang sudah >25 tidak menjaminmu selalu mampu bersikap dewasa.
Entah sudah berapa lama kamu menghabiskan waktu untuk bersembunyi di kamar. Ibumu mencoba mengetuk pintu kamarmu, mulai sadar dengan permasalahanmu. Kamu hanya menjawab dari dalam pintu tanpa membuka pintu, mengatakan bahwa kamu baik-baik saja. Tak ada yang ingin kamu lakukan selain bersandar di kasur dan membiarkan bantal menyerap air mata yang tak kunjung mengering. Kamu berharap otakmu bisa diprogram ulang, sehingga kamu bisa dengan mudah menghapus tentang dia dan segala kenangannya.
“Ah, bukankah aku sudah besar begini? Lalu kenapa terus bersedih seolah aku jadi anak kecil lagi?”
Kadang kamu menyalahkan diri sendiri, menganggap bahwa berakhirnya hubunganmu bisa jadi adalah karena kamu belum sepenuhnya bisa bersikap dewasa (dan kamu terus bersedih, adalah buktinya!) Padahal, alasan kandasnya hubungan tentu tak cuma satu saja — ada banyak faktor lainnya.
Jika memang kamu sudah menyia-nyiakan waktu dengan berpisah di usia sedewasa ini, bukankah menyalahkan diri dan bersedih adalah lebih menyia-nyiakan waktumu lagi?
 Kadang kekhawatiran untuk memulai hubungan yang baru pun muncul. Takut kembali gagal, takut kembali jatuh.
Beberapa teman mencoba mengenalkan seseorang yang mungkin bisa menjadi pelipur kesepianmu di masa-masa sendiri ini. Tapi kamu ragu, apa kamu sudah bisa membuka hatimu untuk orang baru? Kamu perlu mengenalnya lagi dari awal, memahami kebiasaannya, dan mencoba menerima kekurangannya. Kadang rasanya ada terlalu banyak usaha yang dibutuhkan.
Kamu juga perlu mengenalkannya pada keluargamu, memperkenalkan kebiasaan keluargamu dan sebaliknya kamu pun perlu mengenal keluarganya. Kamu berpikir, apakah kamu sudah siap memulai semuanya dari awal? Yang lebih kamu takutkan lagi, bagaimana jika ini kembali gagal dan kamu harus merasakan kesedihan lagi?
Kekhawatiran dalam cinta pasti ada, siapapun kamu, berapapun usiamu. Yang harus kamu pikirkan adalah bagaimana kebahagiaanmu yang sebenarnya sudah menunggu tak akan disabotase oleh kekhawatiran itu.
Pada akhirnya kamu akan bosan terus-menerus murung. Ternyata, tak butuh waktu lama untuk bisa bangkit kembali dan bersenandung.
Perlahan kamu sadar, menyembuhkan luka tidaklah sesulit yang kamu bayangkan. Kesedihanmu mulai berakhir, karena kamu sudah berkomitmen bahwa itu memang harus berakhir. Dengan pasti kamu bangkit dari tempat tidurmu dan membasuh muka, menghilangkan bekas air mata yang mengganggu penglihatan. Kamu sedang membersihkan sisa kesedihan yang mengganggumu menatap ke depan.
Kini kamu kembali bersenandung. Dengan pasti, kamu menyapa seluruh anggota keluarga di rumah dan teman-teman yang kamu jumpai. Kamu pun tak ragu untuk bercerita tentang kandasnya hubunganmu. Tak pernah kamu sangka dengan bercerita kamu merasa lebih baik. Kamu merasa lega karena orang-orang sekitarmu pun memahami. Mereka justru membantumu untuk kembali bangkit lagi.
 “Kami tak lagi bersama. Kurasa ini terbaik untuk kami berdua.”
Yang kamu lakukan hanyalah mengikuti arus. Ke mana kamu dibawa? Itu adalah rahasia-Nya yang sudah tak sabar untuk kamu pecahkan
Setelah terus menerus kamu pun berhasil kembali bangkit. Kamu tidak buru-buru mencari pengganti karena saat ini kamu justru begitu menikmati kesendirianmu. Kamu tak perlu khawatir karena teman-temanmu sudah mulai berkeluarga, sementara kamu masih belum menemukan pendamping. Kamu justru pengalaman teman-temanmu dalam berkeluarga agar saatnya nanti kamu lebih siap menghadapinya.
Bayangan tentang dia pun kadang masih sering datang, tapi itu tak membuatmu bersedih. Kamu sangat berterimakasih kepadanya karena dengan dia kamu bisa menjadi seperti sekarang. Dengan melewati suka dengannya, kamu percaya bahwa kamu berharga. Dengan melewati air mata darinya, kamu belajar untuk selalu kuat. Untuk selanjutnya, kamu yakin kamu siap untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. 

Biarlah apa yang sudah lewat menjadi pelajaran. Kamu sekarang sudah yakin sepenuhnya pada kemauan Tuhan.

“Aku pasrah pada jalan yang Kau tuliskan, namun kuatkan aku untuk menghadapinya.”
Kegagalan dalam berhubungan ini memberikanmu pelajaran. Kamu lebih dekat dengan San Pencipta-Mu. Di setiap sujudmu kamu meminta agar kamu dikuatkan mengahadapi ini semua. Dan di sela-sela doamu, kamu membisikkan syukur karena menunjukkan ini dari awal, sebelum kalian memutuskan untuk melanjutkan ke komitmen yang lebih serius lagi.
“Sia-sia? Entahlah. Mungkin saja. Namun waktu yang aku punya bisa jadi akan lebih sia-sia lagi jika kita hingga sekarang masih bersama.”
Putus di usia yang sudah dewasa memang bukanlah hal yang mudah. Kamu akan ketakutan pada masa depan, dan untuk sejenak, hari-harimu berputar pada penyesalan. Namun selama kamu bisa mengambil pelajaran darinya, selama kamu tumbuh menjadi lebih dewasa, tidak ada yang sia-sia. Yakinlah bahwa yang terjadi memang yang terbaik yang bisa terjadi. Yakinlah bahwa ada hadiah terbaik yang sudah menunggumu, tak peduli berapapun usiamu.
Inilah aku perempuan berusia 25 Tahun ............

0 komentar:

Posting Komentar